Rabu, 24 Agustus 2011

Kaya & Miskin

25 Ramadhan 1432 H, menunggu jemputan aku berkeliling mampir dari satu butik ke butik lainnya. Tak ada niat untuk membeli baju buat lebaran karena sudah menjadi kebiasaanku…”lebaran tak harus dengan baju baru”…. hanya melihat mode-mode baju muslim yang lagi trend sesekali menanyakan harganya sekedar sebagai pembanding produk dengan nominalnya. Lengang…mungkin karena “tanggal tua”, bisa jadi baru akan ramai pembeli di awal September nanti setelah gajian. 

Sepanjang perjalanan pulang entah kenapa masih saja terlintas dalam pikiran …….dari butik ke butik tadi dan sempat mampir di beberapa toko pakaian anak. Harga pakaian yang rata-rata di atas 200 ribu rupiah, akankah dapat dijangkau pembeli sedangkan kebutuhan pangan pun tidak bisa diabaikan.

Mencoba menempatkan diri sebagai anak kecil yang selalu mendambakan baju baru lengkap di saat Idul Fitri tiba, kemudian berandai menjadi orang tua dengan keadaan ekonomi pas-pasan yang dilematis antara membeli baju anak-anaknya, membantu orang tua, juga membeli kebutuhan pokok…hingga membayangkan sebagai kaum fakir yang menanti hari kemenangan itu tanpa kemampuan apa pun. Belajar berempati….

Di sisi lain mendapati lingkungan sekitar yang berkecukupan bahkan berlebihan hingga bergelimang harta. Keluarga, kerabat, teman bahkan tetangga dengan kemampuan ekonomi yang mampu membeli sesuatu dengan jumlah banyak meskipun dengan harga tinggi. Semoga mereka tak lupa bahwa Allaah telah menetapkan sedikit bagian si miskin dari harta-hartanya.

Selalu ada hikmah di setiap jejak langkah kehidupan..begitu juga dengan realita miskin & kaya. Menjaga kehormatan diri dengan tidak meminta sesuatu atau menunjukkan kebutuhan kepada orang lain adalah hiasan bagi si miskin, sementara syukur dan sedekah adalah hiasan diri si kaya.

Ya Allaah…semoga kami termasuk orang-orang yang berpikir & mensyukuri nikmatMU